Einstein dan Heisenberg
Einstein vs ketidakpastian Heisenberg
Prinsip
ketidakpastian Heisenberg adalah salah satu prinsip matematis dalam fisika
kuantum (cabang ilmu fisika yang mengkususkan kajiannya pada struktur dan
dinamika materi berukuran atom) yang menyatakan bahwa tingkat keakurasian
(ketepatan) kita dalam mengukur posisi suatu benda akan berbanding terbalik
dengan tingkat keakurasian kita dalam mengukur kecepatan benda itu sendiri:
semakin akurat posisi koordinat suatu benda kita ukur, maka akan semakin tidak
akuratlah kita mengukur tingkat kecepatannya, dan sebaliknya, senakin akurat
kita mampu mengukur tingkat kecepatan suatu benda, maka akan semakin tidak
akuratlah kita mengukur posisi koordinatnya. Sejak ketidakakurasian dalam
pengukuran tersebut akan membuat kita tidak dapat mengetahui secara pasti
posisi dan kecepatan benda secara bersamaan, maka prinsip ketidakpastian
Heisenberg dapat juga didefinisikan secara singkat sebagai prinsip yang
menyatakan bahwa semakin pasti posisi suatu benda kita ketahui, akan semakin
tidak pastilah kita mengetahui tingkat kecepatannya, dan sebaliknya.
Prinsip
ketidakpastian Heisenberg ditemukan oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927
(oleh sebab itulah dinamakan prinsip ketidakpastian Heisenberg, berdasarkan
nama penemunya) dan telah menjadi salah satu postulat pilar dalam fisika
kuantum. Berkat penemuannya itu, Werner Heisenberg sendiri meraih penghargaan
Nobel bidang fisika pada tahun 1932.
Albert Einstein
berupaya mati-matian untuk membuktikan bahwa prinsip ketidakpastian Heisenberg
sebenarnya salah dan upayanya itu terungkap salah satunya dalam pernyataannya
yang paling sering dikutip:”Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta.”
terposisikannya prinsip ketidakpastian Heisenberg sebagai salah satu pilar
dalam fisika modern merupakan salah satu faktor yang membuat Einstein
mengucilkan dirinya dari kajian-kajian fisika modern, lalu memusatkan 30 tahun
sisa hidupnya dalam upaya penciptaan teori medan bersatu/teori segala hal (unified
field theory).
Pertanyaannya
kemudian adalah: mengapakah Albert Einstein, sang fisikawan jenius yang berjasa
merubah cara pandang manusia terhadap ruang-waktu dengan teori relativitasnya
bersikap antipati terhadap prinsip ketidakpastian Heisenberg dan bahkan
berupaya membuktikan bahwa prinsip itu salah?.
Jawaban dari
pertanyaan di atas terletak pada implikasi filosofis yang dimunculkan prinsip
ketidakpastian Heisenberg. Implikasi filosofis tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut: jauh sebelum prinsip ketidakpastian Heisenberg tercipta, para
fisikawan percaya bahwa kenyataan objektif (materi fisis beserta hukum-hukum
yang mengaturnya) merupakan sesuatu yang bersifat fixed (tetap), bergerak sesuai dengan
hukum-hukum yang rigid dan pasti, serta dapat
diprediksi arahnya berdasarkan pengetahuan manusia akan hukum-hukum tersebut.
Kepercayaan ini terutama mewujud dalam prinsip determinasi Laplace yang
menyatakan bahwa arah gerak materi fisik dapat diramalkan berdasarkan kecepatan
dan posisinya: bila saja manusia dapat mengetahui secara bersamaan kecepatan
dan posisi tiap benda yang ada di alam semesta ini, maka manusia pastilah
sanggup meraih pengetauan paripurna mengenai totalitas kenyataan beserta
tujuannya.
Sejak prinsip
ketidakpastian Heisenberg menunjukkan bahwa manusia tak akan mungkin mengetahui
posisi dan kecepatan materi secara bersamaan (semakin manusia tahu kecepatan
suatu benda akan semakin tidak tahulah ia posisi benda itu, dan sebaliknya),
maka kepercayaan para fisikawan terhadap adanya kenyataan objektif yang
bersifat fixed dan rigid berubah. Optimisme mereka
terhadap kemampuan manusia untul memprediksi arah kenyataan objektif runtuh:
prinsip ketidakpastian Heisenberg telah membuktikan bahwa alam semesta bukanlah
sesuatu yang bersifat rigid dan pasti, selalu ada energi yang dapat merubah
kecepatan dan posisi tiap materi, sehingga selalu ada peluang bagi terjadinya
proses-proses fisis, kimiawi, biologis yang bersifat random, menghasilkan
bangun kenyataan yang semata-mata terjadi akibat chance (kebetulan belaka), bukannecessity (keniscayaan).
Bagi Einstein,
implikasi filosofisyang dibawa prinsip ketidakpastian Heisenberg di atas
merupakan sesuatu yang sama sekali bertentangan dengan iman pantheistik yang
dianutnya: Einstein mengimani Tuhan sebagai personalisasi bangun kenyataan
objektif yang bersifat tetap, pasti, selalu sama untuk selamanya, serta tidak
tergantung keberadaannya pada ada tidaknya manusia. Iman pantheistik ini
membuat Einstein hingga akhir hayatnya tetap menganggap bahwa pastilah ada
perhitungan matematis yang salah dalam lahirnya prinsip ketidakpastian
Heisenberg, sehingga ia menolak kebenaran prinsip tersebut.
Komentar
Posting Komentar